ARSItalk: Menjadi Pelaku Bisnis Arsitektur yang Responsif Terhadap Perkembangan Teknologi

ARSItalk: Menjadi Pelaku Bisnis Arsitektur yang Responsif Terhadap Perkembangan Teknologi | Foto artikel Arsitag

ArsiTALK 2 November 2019 (Sumber: Arsitag.com)
 

ARSItalk sebagai sharing session class resmi digelar Sabtu, 2 November 2019 di Estubizi – Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Merupakan penyelenggaraan kedua ARSItalk setelah diadakan edisi pertama pada Februari 2019. ARSItalk kali ini bertajuk “Profil Arsitektur 4.0: Bisnis atau Idealisme? Panduan menyeimbangkan idealisme dan bisnis di era 4.0”. Acara ini bertujuan menjadi ajang diskusi, interaksi, dan networking antara pelaku bisnis arsitektur, baik dari kalangan arsitek, desainer interior, hingga kontraktor.

Talkshow kali ini merupakan sinergi antara Arsitag.com bersama RAW Architecture dan DELUTION, serta didukung oleh Royalboard & Granito, dan MJ Door & HK Glass Mosaic. Acara ini sukses menghadirkan lebih dari 70 peserta yang mancakup tiga bidang profesional yaitu arsitek, desainer interior, dan kontraktor.

Presentasi “Profil Arsitektur 4.0: Bisnis atau Idealisme?” oleh Realrich Sjarief
Founder RAW Architecture, Realrich Sjarief mempresentasikan “Profil Arsitektur 4.0: Bisnis atau Idealisme?” (Sumber: Arsitag.com)

Founder RAW Architecture, Realrich Sjarief mempresentasikan “Profil Arsitektur 4.0: Bisnis atau Idealisme?” (Sumber: Arsitag.com)
 

Founder RAW Architecture, Realrich Sjarief menekankan bahwa dalam perancangan sebuah desain bangunan, metodologi desain itu sangat penting untuk membangun intelektual. Seorang arsitek harus responsif dan adaptable terhadap era industri 4.0 sebagai environment yang tengah berlangsung. Sebuah bangunan harus memiliki karakter desain yang efisien dan memiliki alasan yang memorial, yakni dengan cara memperkaya pengalaman dan riset sehingga dapat menciptakan karya khas yang berkarakter yang membuatnya spesial di tengah generalisasi yang marak di dunia social media.

Realrich juga memberikan saran kepada para arsitek supaya memiliki karya beragam yang bangga dengan nilai subjektifnya. Sebuah karya bangunan bukanlah interpretasi yang objektif. Malahan, nilai subjektif masing-masing arsitek yang menciptakan keberagaman karya dengan keunikan dan karakterteristiknya masing-masing.

Presentasi “Architecture Business 4.0” oleh Muhammad Egha
Co-founder & CEO DELUTION, Muhammad Egha juga berbagi cerita usahanya membangun DELUTION dimulai dari kostan di tahun 2012 (Sumber: Arsitag.com)

Co-founder & CEO DELUTION, Muhammad Egha juga berbagi cerita usahanya membangun DELUTION dimulai dari kostan di tahun 2012 (Sumber: Arsitag.com)
 

Co-founder & CEO DELUTION, Muhammad Egha memberikan tips kepada para pelaku bisnis arsitek menghadapi kemajuan revolusi industri 4.0. Ia menekankan dua konsep penting yang mempengaruhi karakteristik khas yang dapat membedakan sebuah identitas karya dengan yang lain. Yakni “what you read” dan “who you spend time with”, yang maksudnya adalah memperbanyak buku referensi yang dibaca dan banyak-banyak bergaul dan berdiskusi dengan para ahli di bidangnya, baik dari bidang arsitektur maupun bisnis, hingga bidang penunjang lainnya. Ia menyarankan kepada arsitek pemula untuk jangan pernah membatasi diri dalam mencoba hal baru, bahkan berani melawan arus. Dalam proses belajar dan mengembangkan diri, mereka harus berani untuk menerima masukan dan kritik.

Kemudian, Egha juga memberikan apresiasinya terhadap kemajuan internet di era industri 4.0. Secara bertahap ia menyampaikan pengalaman bisnisnya dalam membangun DELUTION, yang tentu saja tidak lepas dari pemanfaatan internet. Seperti di antaranya, Egha menyatakan Arsitag.com telah menjadi platform yang telah mengoneksikan klien dengan penyedia jasa arsitektur sehingga mempersingkat tahapan untuk memulai sebuah proyek bangunan.

Ia tidak ragu untuk mengadopsi praktik social media marketing, seperti di antaranya memberikan judul nama brand untuk setiap karya bangunan yang telah terbangun. Didukung dengan fotografer profesional, ia lalu membagikan foto karyanya di social media sebagai bentuk portofolio online. Ia memberi contoh karyanya Splow House yang viral dari postingan Facebook. Bahkan, DELUTION pernah melakukan kolaborasi dengan public figure “Keluarga Belo,” yakni Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion. Sebagai bentuk kolaborasi klien dengan penyedia jasa arsitek dalam membangun branding.

Responsif Terhadap Perkembangan Teknologi
Kelas talkshow ditutup dengan sesi tanya-jawab bersama peserta yang hadir (Sumber: Arsitag.com)

Kelas talkshow ditutup dengan sesi tanya-jawab bersama peserta yang hadir (Sumber: Arsitag.com)
 

Moderator Yaseri Dahlia Apritasari memberikan kesimpulan dan kedua pembicara menyepakati tiga poin: jati diri, mindset, dan old wise man. Pertama, seorang arsitek harus menentukan “jati diri” yang membedakannya dengan yang lain, jangan hanya mengikuti tren saja. Kemudian, mereka perlu memiliki “mind set” yang adaptable yang tidak hanya menjadi objek, malahan mampu menjadi subjek perkembangan teknologi. Terakhir, mereka perlu menerapkan konsep “old wise man” untuk memiliki kecerdasan arsitektur masing-masing dengan memperkaya diri melakukan research and development secara personal, sehingga mampu bertahan menghadapi kemajuan zaman menjadi generasi yang paling responsif terhadap perkembangan teknologi. 

ARSItalk kali ini pun berkolaborasi dengan Royalboard, Granito, MJ Door, dan HK Pearl Mosaic yang hadir memeriahkan booth serta enjadi ajang product knowledge bagi peserta melihat dan mengamati langsung inovasi produk dan menambah referensi. Acara ditutup dengan sesi tanya-jawab lalu penyerahan tanda terima kasih kepada kedua pembicara dan pihak sponsor yang sudah mendukung keberhasilan ARSItalk di bulan November 2019 ini. 

Sesi tanya-jawab memperdalam pembahasan materi (Sumber: Arsitag.com)

Sesi tanya-jawab memperdalam pembahasan materi (Sumber: Arsitag.com)

ARSItalk menjadi wadah diskusi dan networking antar pelaku bidang arsitektur (Sumber: Arsitag.com)

ARSItalk menjadi wadah diskusi dan networking antar pelaku bidang arsitektur (Sumber: Arsitag.com)