Rumah Gerbong: Konsep Rumah Tumbuh untuk Hunian Urban Masa Kini

Rumah Gerbong: Konsep Rumah Tumbuh untuk Hunian Urban Masa Kini | Foto artikel Arsitag

Cover : Rumah Gerbong, rumah tumbuh di Bintaro Jaya, karya Studio SA_e (Sumber: arsitag.com)
 

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan semakin sempitnya lahan terutama di perkotaan memaksa pemerintah dan para pengembang untuk menyediakan rumah tinggal berupa kavling dengan konsep rumah tumbuh. Mengembangkan rumah tumbuh berarti mempertahankan struktur awal sebagai living monument dan meneruskan pembangunannya sesuai perkembangan kebutuhan keluarga. Konsep ini memberi angin segar bagi keluarga muda untuk mengembangkan rumah secara bertahap tergantung keadaan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan semakin sempitnya lahan terutama di perkotaan memaksa pemerintah dan para pengembang untuk menyediakan rumah tinggal berupa kavling dengan konsep rumah tumbuh. Mengembangkan rumah tumbuh berarti mempertahankan struktur awal sebagai living monument dan meneruskan pembangunannya sesuai perkembangan kebutuhan keluarga. Konsep ini memberi angin segar bagi keluarga muda untuk mengembangkan rumah secara bertahap tergantung keadaan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Façade unik dengan pergeseran blok massa sesuai arah cahaya dan view (Sumber: arsitag.com)
 

Rumah Gerbong karya Studio Sa_E bisa menjadi contoh rumah tumbuh dengan perjalanan pertumbuhan yang baik seiring perkembangan kebutuhan anggota keluarga di tengah masyarakat urban, baik secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Bagaimana tahapan pertumbuhannya? Mari kita lihat pertumbuhan Rumah Gerbong, konsep rumah tumbuh untuk hunian urban masa kini!

1. Sejarah Evolusi Rumah Gerbong

1. Sejarah Evolusi Rumah Gerbong
Atap hijau Rumah Gerbong sebagai ruang komunal (Sumber: arsitag.com)
 

Awalnya, Rumah Gerbong berupa rumah 2 kamar tidur dengan luas bangunan 36 m2. Rumah yang dibeli pada tahun 2000 ini disebut Rumah Gerbong karena bentuk akhir bangunannya yang memanjang. Beberapa kali mengalami evolusi dan terakhir pada akhir tahun 2017, bertumbuh menjadi rumah multifungsi dengan 3 pembagian area; untuk tempat tinggal, bekerja, dan ruang publik lengkap dengan atap hijau.

Kantor arsitek tiga lantai di Rumah Gerbong (Sumber: arsitag.com)Kantor arsitek tiga lantai di Rumah Gerbong (Sumber: arsitag.com)
 

Pada tahun 2003, pasangan muda pemilik Rumah Gerbong baru saja dikaruniai anak. Mereka menyadari perlunya tambahan ruang untuk anak dan kantor arsitek untuk sang suami. Jadi, mereka memperluas rumah hingga batas-batas tapak dan membangun lantai dua agar bagian depan rumah di lantai dasar dapat dijadikan kantor.

Evolusi kedua dilakukan tahun 2006 hingga 2007. Rumah diperluas dengan menggabungkan rumah tetangga agar mampu menampung 4 kamar tidur tambahan dan ruang pendukung lainnya.

Evolusi kedua dilakukan tahun 2006 hingga 2007. Rumah diperluas dengan menggabungkan rumah tetangga agar mampu menampung 4 kamar tidur tambahan dan ruang pendukung lainnya.
Kamar tidur di lantai dua Rumah Gerbong (Sumber: arsitag.com)
 

Sepuluh tahun kemudian, tahun 2017, evolusi ketiga perlu dilakukan karena sang suami ingin memperluas kantornya dan istri ingin ruang untuk menjalankan bisnis di rumah. Anak-anak mereka juga menginginkan tempat berkumpulnya keluarga. Akhirnya, lantai ketiga dibangun untuk memenuhi kebutuhan ruang-ruang ini dan luas bangunan menjadi 180 m2.

2. Strategi Pertumbuhan Rumah Gerbong

Tampilan minimalis modern dengan kursi stool bergaya industrial (Sumber: designboom.com)Tampilan minimalis modern dengan kursi stool bergaya industrial (Sumber: designboom.com)
 

Kesulitan perancangan perumahan di perkotaan adalah padatnya massa bangunan. Nah, tantangan untuk memecah kepadatan dan kontras fungsi (tempat tinggal dan bekerja) diselesaikan Rumah Gerbong dengan menambahkan fungsi baru di ruang kosong dan ruang interaksi untuk menghasilkan tipologi baru dengan sinergi fungsi yang kuat. Strategi krowakisme, yang dalam bahasa Jawa krowak/kroak berarti berlubang atau berongga sebagian, diterapkan dalam konsep rumah tumbuh Rumah Gerbong. Elemen cahaya, vegetasi, void, bentuk, hubungan, dan aliran ruang tercipta dari krowakisme.

Pola void-solid membentuk penyebaran cahaya dan ventilasi alami yang merata. Vegetasi dimanfaatkan untuk menciptakan aliran ruang yang baik antara indoor dan outdoor. Vegetasi menjadi pengganti tembok, batas antar ruang menjadi hilang, namun esensinya tetap ada. Interaksi semakin intens dan gaya hidup toleran semakin terbina.

3. Rumah Gerbong dengan Pembagian Area yang Sempurna

Pencahayaan dan sirkulasi udara alami ruang makan semi-outdoor dari void dan internal courtyard (Sumber: inhabitat.com)Pencahayaan dan sirkulasi udara alami ruang makan semi-outdoor dari void dan internal courtyard (Sumber: inhabitat.com) 
 

Evolusi pertumbuhan terkini di tahun 2017 membuat Rumah Gerbong memiliki 3 pembagian area. Kamar tidur dan area pribadi keluarga terkonsentrasi di lantai dua. Lantai tiga difungsikan sebagai area untuk kegiatan bersama. Sedangkan area bisnis atau kerja berada di sisi utara rumah dan terdiri dari tiga lantai. Sengaja disediakan area khusus untuk interior courtyard sebagai akses pencahayaan alami. Rumah juga terhubung dengan ‘atap hijau’ yang mudah diakses.

Evolusi pertumbuhan terkini di tahun 2017 membuat Rumah Gerbong memiliki 3 pembagian area. Kamar tidur dan area pribadi keluarga terkonsentrasi di lantai dua. Lantai tiga difungsikan sebagai area untuk kegiatan bersama. Sedangkan area bisnis atau kerja berada di sisi utara rumah dan terdiri dari tiga lantai. Sengaja disediakan area khusus untuk interior courtyard sebagai akses pencahayaan alami. Rumah juga terhubung dengan ‘atap hijau’ yang mudah diakses.
Tanpa dinding namun batas ruangnya jelas. Interaksi yang baik antara indoor dan outdoor (Sumber: arsitag.com)
 

Kontras fungsi Rumah Gerbong sebagai area tempat tinggal dan bekerja diredam sempurna dengan adanya area sosial/interaksi. Empat kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, ruang membaca, ruang ibadah, dan ruang servis berada di area tempat tinggal. Sedangkan, area kerja berupa kantor arsitek, butik dan perpustakaan kecil. Kedua area ini disatukan dengan baik oleh amphitheater kecil, dapur bersama, ruang tamu komunal, dan atap hijau sebagai area interaksi.

Kontras fungsi Rumah Gerbong sebagai area tempat tinggal dan bekerja diredam sempurna dengan adanya area sosial/interaksi. Empat kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, ruang membaca, ruang ibadah, dan ruang servis berada di area tempat tinggal. Sedangkan, area kerja berupa kantor arsitek, butik dan perpustakaan kecil. Kedua area ini disatukan dengan baik oleh amphitheater kecil, dapur bersama, ruang tamu komunal, dan atap hijau sebagai area interaksi.
Void dan internal courtyard, ruang bersama sebagai sumber pencahayaan alami dan ventilasi silang (Sumber: arsitag.com)
 

Rumah Gerbong menjadi contoh keberhasilan penerapan konsep rumah tumbuh untuk hunian urban masa kini. Pertumbuhan rumah terus berevolusi seiring kebutuhan anggota keluarga. Kontras fungsi rumah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat bekerja disatukan dengan baik melalui area interaksi berupa void dan internal courtyard yang difungsikan sebagai ruang bersama sekaligus sumber pencahayaan alami dan ventilasi silang.

Rumah Gerbong menjadi contoh keberhasilan penerapan konsep rumah tumbuh untuk hunian urban masa kini. Pertumbuhan rumah terus berevolusi seiring kebutuhan anggota keluarga. Kontras fungsi rumah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat bekerja disatukan dengan baik melalui area interaksi berupa void dan internal courtyard yang difungsikan sebagai ruang bersama sekaligus sumber pencahayaan alami dan ventilasi silang.
Rumah Gerbong, rumah di lahan mungil dengan ruang terbuka yang nyaman (Sumber: arsitag.com)
 

Desain Rumah Gerbong membuktikan bahwa keterbatasan lahan dan padatnya massa bangunan bisa diantisipasi secara kreatif dengan cara-cara inovatif yang fungsional. Mari terus berkarya dan ingatlah, di dalam keterbatasan dan kesulitan selalu ada solusi autentik untuk menyelesaikannya dengan sempurna!

AUTHOR

Joyce Meilanita

Joyce Meilanita adalah satu-satunya mahasiswa Arsitektur'95 Institut Teknologi Indonesia yang lulus di tahun 1999. Pernah magang dalam Jadena Project PT. Schering Jerman-Indonesia di tahun 1998. Penyuka aljabar ini aktif mengajar bimbel sejak 1988 dan telah membuat 420 soal untuk ujian masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Ia juga sudah menerjemahkan 41 dokumen berbahasa Inggris untuk Tung Desem Waringin. Kecintaan akan dunia arsitektur menyemangatinya untuk terus membagi dan memperluas wawasan serta pengetahuannya lewat berbagai artikel yang ditulisnya untuk arsitag.com. "Always trying to do my best in God's will n bless" itulah motto hidupnya.