The Guild: Sarang Arsitek untuk Bereksplorasi Tanpa Batas

The Guild: Sarang Arsitek untuk Bereksplorasi Tanpa Batas | Foto artikel Arsitag

Cover : The Guild, karya RAW Architecture tahun 2016 (Sumber: archdaily)
 

The Guild, kantor RAW Architecture, didesain oleh Realrich Sjarief pemiliknya. RAW seperti sebuah Roseto (kota kecil di Italia yang terkenal dengan keakraban warganya)  dan keyakinan akan kerjasama pengrajin dan perancang untuk mendapatkan hasil terbaik sebuah desain. “Saya ingin menciptakan roseto yang akrab, menyenangkan, keluar dari batas  untuk menciptakan inovasi sebanyak mungkin.” (Realrich Sjarief)

Terbukti, The Guild menjadi sebuah roseto yang mendasari desainnya pada nilai-nilai lingkungan dan masyarakat di sekitarnya dan menghasilkan karya timbal balik yang sangat berpengaruh pada lingkungan, sambil menunjukkan jati diri dan kekuatan karakternya. Mari kita intip lebih jauh lagi, The Guild, sarang arsitek untuk bereksplorasi tanpa batas!

Tembok beton berhiaskan juntaian lee kuan yew melindungi bangunan di dalamnya (Sumber: archdaily)Tembok beton berhiaskan juntaian lee kuan yew melindungi bangunan di dalamnya (Sumber: archdaily)
 

Bangunan seluas 110 m2 menempati area 150 m2 di lahan seluas 375 m2 di sudut jalan perumahan Villa Meruya, Jakarta Barat. The Guild menunjukkan identitasnya sebagai SOHO yang berhasil mengeksplorasi desain di tengah keterbasan dan kebisingan Kota Jakarta. Seolah-olah menarik diri dan membangun kawasannya sendiri, The Guild terisolasi dari luar dengan tembok pagar tinggi yang solid, tetapi sangat terbuka di bagian dalamnya.

Jendela lingkaran bukaan dua daun menjadi akses view dan sirkulasi udara (Sumber: archdaily)Jendela lingkaran bukaan dua daun menjadi akses view dan sirkulasi udara (Sumber: archdaily)
 

Ketika ditelusuri lebih dalam, ternyata bangunan ini bukan sekedar rumah keluarga, tetapi studio dan kantor arsitek. Yang menakjubkan lagi, kantor arsitek ini dilengkapi perpustakaan serta klinik kesehatan gigi.. The Guild dirancang sebagai rumah pemilik sekaligus kantor RAW Architecture, dengan visi keadaan perekonomian di zaman ini, yakni kebutuhan kedekatan dengan keluarga sambil bekerja, sekaligus keinginan membantu orang-orang muda yang terlibat dalam dunia arsitektur.

RAW yang merupakan singkatan dari Realrich Architecture Workshop, juga berarti ‘raw’ yang mencerminkan karya-karyanya yang selesai dengan tampilan unik yang mengeksplorasi kejujuran dan karakter bahan, efisiensi ukuran kebutuhan ruang sesuai fungsi dan cenderung mungil.

Keindahan pancaran cahaya lampu menembus jendela The Guild (Sumber: archdaily)Keindahan pancaran cahaya lampu menembus jendela The Guild (Sumber: archdaily)
 

The Guild, bangunan tiga fungsi; rumah, kantor arsitek, dan perpustakaan umum, dituntut untuk dapat memenuhi semua fungsi dengan sebaik mungkin. Sebagai rumah yang bersifat sangat pribadi dengan kamar tidur utama, dapur, ruang keluarga, ruang belajar mungil, dan ruang doa, ukuran bangunan beserta elemennya disesuaikan dengan kebutuhan anggota keluarga. Sebagai kantor arsitek, skalanya diperhitungkan sesuai jumlah pekerja dan aktivitas yang ingin ditampung. Sebagai perpustakaan, desainnya harus memberikan kenyamanan sekaligus ketertiban. Penggabungan ketiga fungsi dengan karakter dan kebutuhan privasi yang berbeda, ditampung sekaligus dalam The Guild dengan apik dan sempurna.

Façade The Guild mengekpos kombinasi kayu lapis dan beton, dengan dinding dicat hitam yang memperkuat kesan privasi yang diinginkan. Jendela-jendela berbentuk lingkaran perlambang eksplorasi tanpa batas, dan pintu kayu yang unik menghiasi bangunan beton, menyerupai rumah Hobbit yang dirancang dengan sangat baik. Terlihat juga seperti bangunan gaya Jepang dengan tampilan tropis modern. Pintu masuk dibuat dari beton, baja, kaca, dan lembaran polycarbonate.

Dimensi kantor arsitek disesuaikan dengan kebutuhan (Sumber: archdaily)Dimensi kantor arsitek disesuaikan dengan kebutuhan (Sumber: archdaily)
 

Struktur utama kantor berada di dua lokasi, di area kebun dan garasi rumah. Struktur pertama, untuk ruang pertemuan, dibuat dari kayu lapis yang sengaja diekspos. 
 

Jendela memaksimalkan sumber pencahayaan alami (Sumber: archdaily)Jendela memaksimalkan sumber pencahayaan alami (Sumber: archdaily)
 

Struktur kedua difungsikan sebagai area kerja di garasi bangunan utama. Studio berbentuk persegi 6x6 m2 dilengkapi void kecil dengan skylight meruncing dari beton yang bercelah-celah kecil sebagai sumber cahaya dan sirkulasi udara. Ruang kerja dirancang dengan konsep efisiensi untuk menciptakan kebersamaan dan kekompakan arsitek, desainer, drafter, dan pekerja lainnya di tengah kesibukan proyek-proyek arsitektur. Ruang kerja tidak memiliki area penerima dan tidak ada dinding permanen. Foyer sederhana dan bukaan besar dilengkapi tempat penyimpanan alas kaki sebelum memasuki area lounge. Setelah pintu masuk, pemisahan antara area para teknisi dan desainer disesuaikan dengan kebiasaan cara kerja mereka. Satu-satunya ruang tertutup hanyalah ruang administrasi, sekaligus gudang kantor. Mezanine lantai dua menjadi area yang lebih pribadi dan lebih luas untuk penyimpanan perlengkapan perpustakaan dan minuman.

Desain Omah menjaga kondisi koleksi buku di dalamnya (Sumber: archdaily)Desain Omah menjaga kondisi koleksi buku di dalamnya (Sumber: archdaily)
 

Kantor arsitek ini memiliki sebuah ruang pertemuan dalam perpustakaan ‘Omah’ dengan kayu lapis sebagai bahan rak buku. Perpustakaan berukuran 3,4x12,3 m2 berbasis komunitas dan secara berkala menjadi tuan rumah diskusi arsitektural. Geometri bentuk lengkung ‘Omah’ dengan bentang 2,4 m x 8 m terbentuk dari kayu lapis yang dikerjakan oleh tangan para pengrajin lokal yang jumlahnya tidak terlalu banyak, secara efisien menggunakan peralatan sederhana. Letaknya terlindung, berada di bawah ketinggian lantai acuan dengan pertimbangan akses publik dan pengkondisian ruang untuk menjaga buku dari matahari dengan suhu tetap dan meminimumkan penggunaan AC.

Ruang-ruang untuk keluarga berada di lantai 1, sedangkan ruang lainnya seperti studio, dan gabungan ruang tamu dan ruang makan seluas 35m2 di lantai dasar. Sirkulasi yang interlock berupa foyer 2x2m2 mempermudah akses pemilik ke studio di bawahnya, void tangga menjadi pemisah antara area keluarga dan studio.
Tangga sebagai akses dan pemisah area keluarga dan area kantor arsitek (Sumber: archdaily)
 

Ruang-ruang untuk keluarga berada di lantai 1, sedangkan ruang lainnya seperti studio, dan gabungan ruang tamu dan ruang makan seluas 35m2 di lantai dasar. Sirkulasi yang interlock berupa foyer 2x2m2 mempermudah akses pemilik ke studio di bawahnya, void tangga menjadi pemisah antara area keluarga dan studio.

Penyatuan karakter kaca, beton, dan baja menampilkan keindahan yang fungsional (Sumber: archdaily)Penyatuan karakter kaca, beton, dan baja menampilkan keindahan yang fungsional (Sumber: archdaily)
 

Di ‘jantung’ rumah, ada halaman dengan kolam ikan berlatar belakang jendela melingkar radius 3,5m dan jarak pandang 3,5m ke bagian dalam ruang keluarga. The Guild memodifikasi bentuk dan fungsi yang diwadahinya dengan sirkulasi berkonsep interlock, sambil tetap menyatu dengan iklim tropis.

Skylight sebagai sumber pencahayaan dan sirkulasi udara alami (Sumber: archdaily)Skylight sebagai sumber pencahayaan dan sirkulasi udara alami (Sumber: archdaily)
 

Sinar matahari tropis dari arah arat laut dihalangi dengan dinding dan kamar mandi, sedangkan façade terbuka berada di bagian utara-selatan. Beberapa skylight berbentuk piramida memungkinkan sinar matahari memasuki interior bangunan, dengan celah-celah kecil di antara kaca dan beton untuk sirkulasi udara. Sistem bangunan memanfaatkan sistem penyiraman otomatis dengan tidak menyia-akan greywater dan air hujan. Seluruh air ditampung di kolam retensi berkapasitas 8m3 dan bak penampungan 2.75 x 3m2 yang dalamnya 1,5m yang juga bermanfaat bagi tetangga sekitarnya.

Ruang terbuka yang terlindung di tengah padatnya Kota Jakarta (Sumber: archdaily)Ruang terbuka yang terlindung di tengah padatnya Kota Jakarta (Sumber: archdaily)
 

RAW telah membuktikan karya-karyanya dengan memenangkan berbagai penghargaan, termasuk penghargaan IAI tahun 2017. RAW menjadi penyelenggara tahunan program lokakarya arsitektur musim panas dengan mengundang 50 orang se-Asia Tenggara sebagai trainee, ruang desain, dan program pembelajaran tentang keahlian para pengrajin lokal.

Sebuah karya arsitektur tidak berhenti setelah karya itu selesai. Keberadaan karya tersebut di tengah masyarakat, harus mampu membuktikan dirinya sebagai karya yang patut dijadikan pembelajaran dan memberi arti penting, serta kontribusi bagi lingkungannya.

AUTHOR

Joyce Meilanita

Joyce Meilanita adalah satu-satunya mahasiswa Arsitektur'95 Institut Teknologi Indonesia yang lulus di tahun 1999. Pernah magang dalam Jadena Project PT. Schering Jerman-Indonesia di tahun 1998. Penyuka aljabar ini aktif mengajar bimbel sejak 1988 dan telah membuat 420 soal untuk ujian masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Ia juga sudah menerjemahkan 41 dokumen berbahasa Inggris untuk Tung Desem Waringin. Kecintaan akan dunia arsitektur menyemangatinya untuk terus membagi dan memperluas wawasan serta pengetahuannya lewat berbagai artikel yang ditulisnya untuk arsitag.com. "Always trying to do my best in God's will n bless" itulah motto hidupnya.