Desain Kafe Mungil dengan Tema Tropis Kontemporer yang Unik di Bali

Desain Kafe Mungil dengan Tema Tropis Kontemporer yang Unik di Bali | Foto artikel Arsitag

Desain kafe mungil Canvas Café, via archdaily.com
 

Terletak dekat dengan pantai yang sangat terkenal di Bali, Sanur, Canvas Café mengandalkan tema tropis kontemporer ke dalam desain cafenya. Nama “Canvas” sendiri dipilih untuk lebih menunjukkan karakter kafe yang “playful”. Canvas Café mengusung konsep tempat yang penuh dengan kreativitas dan ingin menjadi penghubung bagi orang-orang yang kreatif. Mau tahu seperti apa detail desain kafe mungil yang asri dan nyaman ini?

Bentuk bangunan
Bentuk bangunan kafe memanjang, via archdaily.com

Bentuk bangunan kafe memanjang, via archdaily.com
 

Canvas Café memiliki bentuk memanjang yang sejajar dengan jalan utama. Dengan mudah, pengunjung dapat lebih lama memperhatikan kafe ini dari sisi jalan. Mempertimbangkan sirkulasi udara dari jalan utama di sisi barat dan pantai di sisi timur, kafe ini memiliki dua pintu masuk. Satu dari jalan utama, yang terhubung dengan tempat parkir, dan satu lagi dari pantai yang lebih terbuka untuk pejalan kaki.

Kafe ini meletakkan focal point desainnya pada sisi barat bangunan, sebagai penarik perhatian utama bagi pengunjung. Sementara di sisi timur yang menjadi akses pejalan kaki, diletakkan pohon besar sebagai pusat perhatian.

Dinding roaster yang playful
Dinding roaster yang unik, via archdaily.com

Dinding roaster yang unik, via archdaily.com
 

Dengan tujuan meningkatkan karakter playful pada bangunan, Canvas Café menggunakan dinding roaster pada bagian fasad bangunan sekaligus sebagai pembatas untuk area publik dan semi privat. Dinding pembatas ini dibuat dari batu lava berlapis mortir yang dipasang dengan cara yang playful dan tidak biasa. Tujuannya agar tidak terlihat masif, cukup ramah, dan tidak menghalangi pandangan ke dalam bangunan.

Menciptakan karakter yang lebih menyenangkan, Canvas Café juga bermain dengan cahaya dan bayangan. Hal ini dihasilkan dari dinding blok yang dapat menghasilkan karakter yang unik melalui pola bayangan yang berbeda sepanjang hari. Dari segi fungsionalitas, dinding ini juga bisa menjadi wadah untuk berbagai barang dekorasi.

Baca juga: 8 Tren Desain Dapur Kekinian yang Bikin Memasak Makin Menyenangkanvia IDN Times
 

Earthy tone yang natural
Penggunaan warna-warna natural, via archdaily.com

Penggunaan warna-warna natural, via archdaily.com
 

Mengusung konsep desain tropis modern, membuat pemilihan warna pada Canvas Café pun menggunakan warna-warna yang lembut di keseluruhan bangunannya. Palet warna utama yang digunakan antara lain kayu, abu-abu, dan warna hitam, dengan banyak tambahan tanaman indoor. Perpaduan warna ini pun membuat tampilan kafe terlihat minimalis, namun tetap alami dan dekat dengan unsur alam yang identik dengan suasana Bali.

Skylight di area outdoor
Skylight untuk area outdoor, via archdaily.com

Skylight untuk area outdoor, via archdaily.com
 

Area tempat duduk outdoor ditutupi dengan atap kaca transparan. Pertimbangan memasang desain skylight agar area outdoor tetap terang dengan banyak cahaya. Karena menutupi area tempat duduk dengan atap yang solid, justru akan membuat area tersebut terasa gelap. Selain itu, skylight sengaja memberikan ruang untuk pohon Beach Almond yang alami, sehingga pohon ini tetap bisa menjadi elemen peneduh matahari yang alami sekaligus dekoratif.

Pitch ceiling untuk area indoor yang kecil
Pitch ceiling agar area indoor terlihat lebih luas, via archdaily.com

Pitch ceiling agar area indoor terlihat lebih luas, via archdaily.com
 

Area indoor yang tergolong kecil (6x9 m2) diakali dengan desain langit-langit yang berbentuk pitch atau atap pelana. Mengakibatkan tampilan interior yang lebih lapang dan terbuka. Bar counter pun dilapisi dengan ubin keramik buatan tangan. Sementara, permukaan meja bar dilapisi dengan kayu untuk memperkuat nuansa tropis. Canvas Café juga menambahkan bukaan pada dinding untuk mengundang lebih banyak cahaya alami ke dalam ruangan.

Kemudian, bagian atapnya dihiasi balok-balok kerangka kayu untuk menghindari tampilan langit-langit putih yang monoton dan kusam. Kayu juga menambah kehangatan ke dalam ruangan.

Walaupun tergolong kecil, kafe ini sukses menampilkan suasana yang asri, nyaman, dan sejuk. Tertarik untuk mampir saat berkunjung ke Sanur?

AUTHOR

Shabrina Alfari

Shasa lahir di Jakarta 9 April 1994. Lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 2016, Shasa mengambil jurusan Bahasa dan Studi Jerman. Dia sangat suka membaca tentang apa saja, dari novel, fiksi, penyair dan lain-lain. Setelah lulus, Shasa suka menulis tentang berbagai topik dan sekarang bekerja sebagai Content Writer.