Desain Rumah Mungil Industrial Eklektik yang Tampil Unik dengan Budaya Lokal

Desain Rumah Mungil Industrial Eklektik yang Tampil Unik dengan Budaya Lokal | Foto artikel Arsitag

Omah Amoh karya Gayuh Budi Utomo, via archdaily.com
 

Terbayang bagaimana menggabungkan gaya industrial dan eklektik? Gaya eklektik memang bisa digabungkan dengan gaya lain, termasuk industrial. Gaya eklektik merupakan sebuah gaya desain yang memiliki metode menggabungkan berbagai aspek, ide, ataupun teori yang ditujukan untuk membuat tampilan terbaik melalui kombinasi yang ada.

Gaya eklektik menggabungkan unsur gaya historis dari masa sebelumnya untuk menciptakan sesuatu yang baru dan asli. Lalu, bagaimana ya kira-kira tampilannya jika gaya eklektik digabungkan dengan gaya industrial yang terkesan maskulin? Berikut ini contohnya dapat Anda lihat pada desain Omah Amoh.

Menggunakan material daur ulang
Eksterior dan interior Omah Amoh karya Gayuh Budi Utomo, via archdaily.com

Eksterior dan interior Omah Amoh karya Gayuh Budi Utomo, via archdaily.com
 

Dalam bahasa Jawa, “amoh memiliki arti usang atau rusak. Maka, Omah Amoh berarti rumah yang sudah usang atau rusak. Ini bukan merupakan kondisi rumah yang sebenarnya, tetapi parodi dari arsitektur untuk memberikan konsep tampilan yang “back to basic”. Konsep ini tak hanya ingin ditampilkan pada arsitektur fisik dasar saja, tetapi juga menjadi arti penting dari rumah ini. Berangkat dengan konsep inilah, tercipta kemungkinan baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.

Rumah banyak menggunakan bahan-bahan bekas. Sang arsitek memiliki bahan bangunan bekas yang sudah tidak digunakan lagi, yang ia kumpulkan di sebuah gudang. Dari bahan-bahan inilah, Omah Amoh akhirnya tercipta. Ternyata, ide menggunakan bahan bekas ini pun mampu memberikan efek yang mengejutkan. Walaupun terkesan seperti tidak direncakan, tetapi desain rumah ini mampu memberikan dampak yang luar biasa pada penghuninya.

Rumah dengan banyak ruang komunal
Ruang makan Omah Amoh, via archdaily.com

Ruang makan Omah Amoh, via archdaily.com
 

Biasanya, rumah-rumah tradisional di Pulau Jawa merupakan rumah komunal. Tiap ruangannya dikenal sebagai ruang publik yang menjadi tempat berkumpul banyak orang. Hampir setiap ruangan yang ada di dalam rumah ini juga dapat digunakan untuk mengobrol, berdiskusi, rapat, mengerjakan sesuatu, membuat kerajinan, ataupun sekadar minum kopi bersama.

Baca juga: 9 Cara Kreatif Membagi Interior Rumah Konsep Terbukavia Cantika.com
 

Eksperimen dengan daun pintu bekas
Perabot serba daur ulang di Omah Amoh, via archdaily.com

Perabot serba daur ulang di Omah Amoh, via archdaily.com
 

Di rumah ini, sang arsitek juga bereksperimen dengan pintu-pintu tua. Pintu diamplas hingga terlihat karakter dasarnya sebagai sebuah “papan”. Sehingga pintu-pintu itu dapat dibuat ulang menjadi apa saja. Bisa tetap digunakan sebagai pintu, maupun dibuat menjadi bentuk yang lain seperti meja atau jendela.

Baca juga: 5 Rumah Mini Keren di Indonesia

Konsep "ruang tanpa ruang"
Gambar konsep Omah Amoh, via archdaily.com

Gambar konsep Omah Amoh, via archdaily.com
 

Selain itu, arsitek dari rumah ini juga memikirkan tentang filosofi ruangan yang dibuat. Ia membuat konsep “ruang tanpa ruang”, yakni membuat jendela depan di lantai atas yang dapat diubah menjadi tempat duduk. Eksperimen ruang ini tentu menarik dan dapat menjadi solusi bagi ruang terbatas yang kerap menjadi masalah di rumah-rumah perkotaan saat ini.

Jendela Omah Amoh yang dapat dijadikan tempat nongkrong, via archdaily.com

Jendela Omah Amoh yang dapat dijadikan tempat nongkrong, via archdaily.com
 

Omah Amoh dapat dikatakan sebagai rumah konvensional yang tampak tidak terencana, namun tampilannya dapat mengubah indra dan pandangan arsitektur bagi siapa saja yang melihatnya. Melalui proses memikirkan, merasakan aura dari bangunannya, dan berkreasi yang out of the box, sang arsitek pun berhasil menemukan suatu kreativitas baru dari kearifan lokal yang terwujud pada ruang-ruang di dalamnya.

Kamar tidur Omah Amoh, via archdaily.com

Kamar tidur Omah Amoh, via archdaily.com
 

Keren dan beda banget ya? Tertarik mengaplikasikan desain industrial eklektik di hunian pribadi Anda?

AUTHOR

Shabrina Alfari

Shasa lahir di Jakarta 9 April 1994. Lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 2016, Shasa mengambil jurusan Bahasa dan Studi Jerman. Dia sangat suka membaca tentang apa saja, dari novel, fiksi, penyair dan lain-lain. Setelah lulus, Shasa suka menulis tentang berbagai topik dan sekarang bekerja sebagai Content Writer.