9 Kriteria Rumah yang Baik: Pengalaman Mendalam Tak Terlupa

9 Kriteria Rumah yang Baik: Pengalaman Mendalam Tak Terlupa | Foto artikel Arsitag

Rumah bukan sekedar tempat tinggal yang kita miliki, melainkan tempat berlangsungnya pengalaman berarti dan mendalam yang tidak akan terlupa. Penelitian membuktikan bahwa hal-hal yang dialami di dalam rumah membuat penghuninya merasa lebih bahagia daripada sekedar memiliki rumah itu. Rumah (home bukan sekedar house) adalah wadah agar penghuni di dalamnya bisa mengalami kejadian berkesan yang tak terlupa. Itulah makna dari home sweet home”.

Jadi, bagaimana membuat rumah menjadi  “home sweet home”?

1. Rumah yang menceritakan masa lalu

Rumah yang baikharus ada sejarahnya. Walt Whitman dalam bukunya Crossing Brooklyn Ferry  menuliskan bahwa pengalaman akan masa lalu yang dinamis akan menghubungkan kita dengan masa lalu dan masa depan. Rumah harus menyimpan sejarah kehidupan penghuninya dalam perjalanan hidupnya menuju masa depan.

LL-HOUSE karya Tonton Studio (Sumber: arsitag.com)LL-HOUSE karya Tonton Studio (Sumber: arsitag.com)

2. Rumah yang memiliki lingkungan yang baik

Rumah yang baik harus memiliki lingkungan dan berwawasan lingkungan yang baik, bukan rumah yang berdiri sendiri tanpa ada keharmonisan dengan sekitarnya. Ingatlah, manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Demikian juga dengan rumah. Rumah harus bersinergi dengan keadaan sekitarnya. Rumah harus bertetangga dan berkomunikasi dengan rumah lainnya.

Denpasar Residence karya Atelier Cosmas Gozali (Sumber: arsitag.com)Denpasar Residence karya Atelier Cosmas Gozali (Sumber: arsitag.com)

3. Rumah harus menyatu dengan alam

Saat mencari lokasi rumah, sebenarnya Anda telah menjadi “arsitek” yang mencari lokasi dan keadaan alam yang sesuai dengan harapan Anda. Pastilah saat menentukan lokasi itu, Anda sudah membayangkan desain untuk rumah Anda dengan memanfaatkan keadaan alam di sekitarnya.  Rumah adalah bagian dari alam. Menyatulah dengan alam agar rumah menjadi “home sweet home” dan keberadaan rumah Anda membuat lingkungan menjadi lebih baik.

Falling Water karya Frank Llyod Wright (Sumber: green-city.su). Bila ingin tahu konsep rumah falling water, baca artikel Membangun Rumah Tahap 6: Konsep Desain di sini

Falling Water karya Frank Llyod Wright (Sumber: green-city.su). Bila ingin tahu konsep rumah falling water, baca artikel Membangun Rumah Tahap 6: Konsep Desain di sini

Baca juga:

Bukan Rumah Pohon, Tetapi Pohon Dalam Rumah

4. Rumah harus terbuka sampai ke langit  

Rumah yang baik harus ekspansif. Tinggal di dalam rumah harus memungkinkan penghuninya memiliki pengalaman yang tak terbatas oleh dinding dan atap. Sebuah rumah yang membiarkan penghuninya melihat keindahan langit, bisa menjadi pondasi cara berpikir penghuninya tentang keberadaan dirinya di dalam alam dan dengan penciptanya.

Reva House karya Revano Satria (Sumber: arsitag.com)Reva House karya Revano Satria (Sumber: arsitag.com)

5. Rumah yang benar dan nyata

Rumah yang baik harus otentik. Pengalaman tentang rumah tidak boleh “palsu” dan artifisial belaka atau sulit dan mahal dalam perawatannya. Memperbaiki rumah terus menerus bukanlah hal yang menyenangkan. Rumah yang baik harus terbuat dari bahan yang seimbang antara biaya, perawatan, dan tahan jangka panjang, setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun.

Backyard-and-Swimming-Pool Swadaya House karya Sub (Sumber: arsitag.com)Backyard-and-Swimming-Pool Swadaya House karya Sub (Sumber: arsitag.com)

6. Rumah yang menyambut kaum muda dan tua

Rumah yang baik harus baik untuk semua penghuni. Mulai dari bayi yang baru lahir sampai kakek nenek, dari tamu sampai anak-anak yang berkeliaran ke sana kemari. Rumah harus bisa mengakomodasi semua kebutuhan penghuninya. Elemen dalam rumah mulai dari ujung tajam pada rak, ketinggian dan bentuk kloset untuk anak-anak dan orang tua, bahkan sampai tekstur lantai yang tidak licin harus dipikirkan mulai saat perancangan. Rumah yang baik bukanlah sekedar tampilan eksterior dan interior secara kasat mata saja. Ingatlah, hal-hal kecil adalah detail yang sangat penting.

Stoy House karya Yanuar PF (Sumber: arsitag.com)Stoy House karya Yanuar PF (Sumber: arsitag.com)

7. Rumah yang menandai waktu  

Rumah yang baik harus memperlihatkan perubahan waktu. Penghuninya tidak perlu melihat jam atau kalendar untuk mengetahui waktu atau musim yang sedang berlangsung. Penghuninya harus bisa merasakan kehangatan cahaya matahari pagi memasuki rumah atau pun keindahan langit saat senja.

FW House by DP HS Architect (sumber arsitag.com)FW House by DP HS Architect (sumber arsitag.com)

8. Rumah yang besarnya cukup

Rumah yang baik, besarnya harus pas, tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Semua ruang di dalam rumah harus digunakan sesuai fungsinya. Tidak ada ruang yang tersia-sia. Ini berarti, kebiasaan hidup penghuninya harus terakomodasi dengan baik oleh semua ruang yang ada.

Rumah Panggung Cinere by Dimas (Sumber: arsitag.com)Rumah Panggung Cinere by Dimas (Sumber: arsitag.com)

9. Rumah yang bertekstur

Rumah yang baik harus kaya tekstur. Cara terbaik untuk mendapat pengalaman di rumah adalah melalui bahan dan teksturnya, mulai dari stainless steel yang berkilauan sampai kehangatan bahan kayu yang memberikan kesan berbeda saat melihat dan menyentuhnya. Semua elemen dan bahan pada lantai, dinding, plafon, dan furnitur menimbulkan pengalaman dinamis tak terlupakan bagi penghuninya.

Be A House karya TonTon Studio (Sumber: arsitag.com)Be A House karya TonTon Studio (Sumber: arsitag.com)

Pejamkan mata sejenak. Bayangkan rumah dambaan untuk Anda dan keluarga. Bayangkan pula bagaimana setiap ruang di dalamnya menyatu dan mengalir, bersinergi dengan lingkungan sekitar, mulai dari lingkungan tetangga bahkan sampai alam semesta. Voilà .... itulah home sweet home

Baca juga:

6 Cara Untuk Mendapatkan Kembali Rumah Yang Anda Idamkan

Membangun Rumah Tahap: Sebelum Bertemu Arsitek

Bila Anda perlu referensi rumah tinggal yang baik untuk Anda, silakan lihat-lihat ribuan project di arsitag.com

AUTHOR

Joyce Meilanita

Joyce Meilanita adalah satu-satunya mahasiswa Arsitektur'95 Institut Teknologi Indonesia yang lulus di tahun 1999. Pernah magang dalam Jadena Project PT. Schering Jerman-Indonesia di tahun 1998. Penyuka aljabar ini aktif mengajar bimbel sejak 1988 dan telah membuat 420 soal untuk ujian masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Ia juga sudah menerjemahkan 41 dokumen berbahasa Inggris untuk Tung Desem Waringin. Kecintaan akan dunia arsitektur menyemangatinya untuk terus membagi dan memperluas wawasan serta pengetahuannya lewat berbagai artikel yang ditulisnya untuk arsitag.com. "Always trying to do my best in God's will n bless" itulah motto hidupnya.