Desain Rumah Minimalis Tanpa Atap Dengan Ruang Keluarga Terbuka

Desain Rumah Minimalis Tanpa Atap Dengan Ruang Keluarga Terbuka | Foto artikel Arsitag

Desain rumah karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Semakin mahalnya harga tanah di kawasan perkotaan, membuat kebanyakan orang saat ini lebih memilih untuk tinggal di rumah kecil minimalis. Akan tetapi, walaupun mungil, bukan berarti rumah tidak dapat didesain dengan nyaman dan sesuai dengan keinginan dari penghuninya. Simak saja, contoh rumah yang dimiliki oleh keluarga kecil berjumlah lima orang di Jepang ini.

Desain interior ruang keluarga karya and Yoshitaka Suzuki Associates, via archdaily.com

Desain interior ruang keluarga karya and Yoshitaka Suzuki Associates, via archdaily.com
 

Luas dari rumah unik di Jepang ini hanya sekitar 61 meter persegi. Namun, lihatlah betapa nyaman dan homey tampilannya. Tak hanya itu, ada keunikan tersendiri dari rumah ini yang pastinya belum pernah Anda lihat pada rumah pada umumnya. Apa itu? Simak berikut ini.

Separuh rumah dibangun tanpa atap
Desain sebagian rumah tanpa atap karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain sebagian rumah tanpa atap karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Untuk melepaskan diri dari aturan perencanaan di wilayah perkotaan, keluarga ini pun memilih untuk hidup dengan rumah tanpa atap pada sebagian ruangannya. Tentu merupakan pilihan yang berani bukan? Yap, konsep desain ini bukan tanpa perhitungan. Di Jepang sendiri, bangunan rumah dengan atap dihitung sebagai luas lantai. Untuk menghemat perhitungan luas rumah itulah, hampir separuhnya dibuat tanpa atap, termasuk ruang keluarga.

Baca juga: Desain Ruang Keluarga Kontemporer Super Nyaman untuk Kumpul di Rumahvia Kumparan.com
 

Desain ruang keluarga tanpa atap karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain ruang keluarga tanpa atap karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Desain rumah tanpa atap ini memungkinkan kehidupan sehari-hari penghuni di dalam rumah terpapar oleh sinar matahari dan langsung menghadap ke langit. Saat berada di dalam rumah, hujan, salju, hingga angin yang bertiup akan masuk ke dalam rumah, bahkan juga serangga.

Desain void lantai dua karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain void lantai dua karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Namun nyatanya, keluarga ini menikmati hidup dengan nyaman dan gembira, lho. Mereka sangat menikmati rasa bebas yang disediakan oleh rumah ini. Anak-anak dapat berlarian dengan payung saat hujan lebat, bermain di kolam saat panas, ataupun bermain kemah-kemahan dengan tidur di kantong tidur di bawah langit malam bersama teman-teman. Orang dewasa pun dapat menikmati pesta barbeku bersama langsung di bawah langit. Sungguh menyenangkan dan pengalaman yang berbeda ‘kan?

Ruang keluarga tanpa atap sebagai jantung rumah
Desain ruang keluarga tanpa atap karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain ruang keluarga tanpa atap karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Hampir seluruh kegiatan utama dilakukan di bagian ruang keluarga yang tidak memiliki atap. Mulai dari menonton TV, belajar, bermain, makan, atau sekadar beristirahat sambil menikmati matahari yang segar. Ruang keluarga atap terbuka selayaknya jantung rumah yang menghubungkan setiap ruangan yang ada di dalam rumah.

Desain lemari baju dengan pintu kaca transparan karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain lemari baju dengan pintu kaca transparan karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Di dekat ruangan ini pun terdapat lemari baju yang menyimpan rapi seluruh pakaian dan sepatu milik keluarga ini. Penghuni pun dapat dengan mudah mengambil atau menyimpan bajunya saat akan masuk atau keluar dari rumah.

Baca juga: 10 Ide Desain Ruang Santai Super Cozy yang Bikin Anda Betah Jadi Anak Rumahan
 

Dapur dan ruang makan terbuka
Desain ruang makan dan dapur karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain ruang makan dan dapur karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Di samping ruang keluarga, terdapat dapur yang tergabung dengan ruang makan. Lokasinya yang berdekatan dengan ruang keluarga pun memungkinkan dapur untuk mendapatkan sirkulasi udara dan sinar matahari yang maksimal dari atap yang terbuka. Konsep ruang yang terbuka membuat setiap ruangan di rumah mungil ini terkesan lebih luas.

Pemilik rumah mendesain dan menghias rumah unik ini sendiri
Desain rumah karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain rumah karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Pasangan yang berprofesi sebagai desainer interior dan kontraktor ini membuat sketsa ide pertama dari rumah ini sendiri. Mereka juga membeli dan menata furnitur untuk mengisi rumah mungil mereka sendiri. Hal inilah yang membuat rumah memiliki keunikan dan sangat sesuai dengan kepribadian sang penghuni.

Mereka pun membangun, mengecat sebagian ruangan, dan memasang tirai pada beberapa bagian hunian, sesuai dengan kebutuhan anak-anak mereka yang terus tumbuh setiap harinya. Dengan begitu, rumah ini pun terasa ikut tumbuh bersama dengan keluarga kecilnya dan terus menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Desain eksterior minimalis
Desain eksterior rumah karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com

Desain eksterior rumah karya Yoshitaka Suzuki and Associates, via archdaily.com
 

Bagian eskterior dari rumah ini pun sederhana, mirip dengan rumah lain di sekitarnya. Warna yang digunakan putih natural yang terlihat bersih dan cantik. Dari luar, kita dapat melihat bagian atap terputus yang unik. Skylight besar di tengah rumah inilah yang memberikan nilai spesial terhadap hunian. Memberikan pengalaman istimewa setiap harinya, sesuai kondisi cuaca.

Sangat menarik bukan? Apakah Anda berani membuat rumah tanpa atap seperti ini? Atau Anda memiliki ide desain unik dan berbeda lainnya sesuai dengan kepribadian Anda? Yuk, mulai berkreasi.

AUTHOR

Shabrina Alfari

Shasa lahir di Jakarta 9 April 1994. Lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 2016, Shasa mengambil jurusan Bahasa dan Studi Jerman. Dia sangat suka membaca tentang apa saja, dari novel, fiksi, penyair dan lain-lain. Setelah lulus, Shasa suka menulis tentang berbagai topik dan sekarang bekerja sebagai Content Writer.